Hasil garapan Zainur Ridho tuner muda asli Mojoagung, yang lagi menimba ilmu di RAT Racing School di Jl. Raya By Pass Juanda, Sidoarjo. Imajinasi liar Zailur berkembang, ketika merasakan performa Scorpio Z yang nendang gigi 1 sampai 5.
Kalkulasi power to weight ratio Scorpio Z berbanding Satria F 150, turut diperhitungkan matang. Praktis, lebih bengis saat Satria F 150, memiliki tipikal mesin over square macam Scorpio Z. Awalnya cuman impian, tapi setelah didebat dengan Swega mentor RAT Racing School, ide Zainur itupun diputuskan untuk direalisasi dan dianggap luar biasa.
Mesin. Digarap jeli redam over power gasingan bawah & maksimalkan konversi power ke speed lebih merata.
Bukan, persoalan yang mudah untuk mengkloning DNA Scorpio Z, sebab cenderung menuntut keprisian senter aun as kruk, saat big end digeser Zainur 5 mm, untuk mendapatkan stroke 58,8 mm. Proses tambal daging berlangsung keliling 4 mm, untuk mempertahankan baja liat bahan daun as kruk tetap tahan dan antisipasi pecah.
Sektor ini pula, kapasitas OEM bearing as kruk jadi taruhan. Tak mau ambil resiko, bearing berganti FAG, dengan clearance ideal spesial gasingan tinggi. “Pertimbangan lain, efek sentrifugal bearing bisa ditekan rendah, ”timpal Lukman Fikri asal Mojowarno tetangga desa Zainur yang juga menimba ilmu di RAT Racing School. “Sekaligus penunjang limit RPM yang diplot di 13.000, ”tambahnya.
Tahap adaptasi bergesernya big end tadi juga memicu dicoaknya pantat liner hasil kanibalan dari mesin diesel. Prinsipnya, cuman memberi ruang conrod saat dari TMA ke TMB tetap aman tak bentrok dengan liner. Piston yang dipinang dari Kawahara 70 mm, jadi kian ringan bergasing setelah pakai clearance piston – liner 0,02 mm.
Skala prioritas, perhitungannya mengacu ke titik muai yang semakin singkat ke suhu mesin produktif, efek mengkloning DNA Scorpio Z ini. Bedanya, kalau Scorpio Z 223 c tapi FU Gojek ini tembus 226 cc.
Karbu PWK 32 mm. Konsekuensi doping tenaga 226 cc.
Tahapan sinkronisasi up grade silinder cop, berlangsung pada over size katup yang menjadi 25 mm (in) dan 22 mm (ex). Sebagai konsekuensi volume debit gas segar yang kian meningkat hasil kontribusi karbu PWK 32 mm. Ada tambahan spacer berbahan diral 12 mm, yang dibor A Simetris menukik ke bawah. “Jadi flow-nya tak cuman mengalami ketergantungan dari porting polish lubang intake, ”yakin Zainur.
Kombinasi camshaft custom dengan pinggang 27 mm dan tinggi 35,5 mm (ex), yang selisih terpaut 36,5 mm (in), makin singkat mengolah gas segar bekal pembakaran. Lagi-lagi dari hasil kalkulasi matematis, pasokan gas segar lebih banyak dan ada pola gas sisa pembakaran yang ditahan, sebagai penunjang pembakaran lanjut.
Pada bagian ini knalpot berkontur 29 mm pada leher, panjang silencer 35 cm berdiameter 47 mm, dengan lubang sarangan 32 mm, turut diracik sebagai pendukungnya.
Knalpot custom. Special diracik sebagai penunjang & pengolah gas buang mesin 226 cc.
Bahkan, camshaft kali ini dirancang adjustable lewat custom driven gear camchain. Prinsipnya, driven gear camchain (in), digeser maju searah jarum jam. Sebaliknya, driven gear camchain (ex), digeser mundur berlawanan arah jarum jam. “Paling mendasar berlangsung untuk meminimalisir over power, agar konversi power to speed-nya lebih jalan di gasingan bawah menengah, ”teori Zainur yang menyempurnakanya dengan CDI Predator Programable.
Final gear 13-35. Paling ideal mengolah 226 cc berbanding trek 500 meter.
Pertimbangan masih dipakainya untuk daily use, maka maping ignition terendah diplot di 32 derajat, medium 34 derajat dan tertinggi di 30 derajat, dengan limit di 13.000 RPM dan diolah final gear 13-35 spesial melayani trek 500 meter. Saat diuji diatas mesin dynotest, tembus hingga 35,3 HP di 10.175 RPM untuk tenaga puncaknya, dengan akumulasi torsi maksimal di 27,18 Nm saat bergasing di 8.306 RPM.
Tentu menjadi hasil inovasi dan kreasi yang super istimewa dari tuner-tuner muda belakangan ini, sekaligus sebagai evolusi tatanan pakem herex. pid