Catatan waktu yang sebelumnya hanya mampu diukir tuner papan atas dan tim besar, sekarang bisa diwujudkan oleh Rifki Wimar Rastra tuner yang masih menginjak 21 tahun. Kian matching ketika tim yang mengusung nama Eleanor Racing Team, asal Leran, Manyar, Gresik, disebut sebagai young guns.
Rifki terhitung sebagai tuner regenerasi Gresik yang ke 4, setelah Jupri Gadukan - Didik AE, Ismail Isma Motor - Rosyid Ijo Speed - Yasid dan Frangky. Bedanya Rifki memiliki bekal ilmu yang lebih terstruktur saat up grade mesin. Didapat dari hasil menimba ilmu di mechanical school RAT Motorsport di Jl. By Pass Juanda, Sidoarjo milik Swega.
Swega yang suka pasang style pakai celana agak melorot, juga merasa bangga, memiliki siswa yang bisa menjadi influenz positif di daerah. "Terpenting kita sudah do “it, aktif dan mewujudkan, jadi jangan sampai menunggu titik jenuh untuk pengembangan sebelum berada di zona malas, ”semangat Swega.
Satria F 200 cc garapan Fikri Eleanor. Laga perdana best time-nya bikin kejutan tuner Jatim.
Filosofi itu pula yang sukses mengokang improve Rifki dan mengembangkan metodhe data saat up grade mesin. Dengan begitu tak ada lagi istilah riset, sebab semua serba terukur.
Termasuk keberanian Rifki saat membangun bebek 4 tak 200 cc, yang disuport sepenuhnya oleh bos Arief Budiman sebagai owner tim yang kali ini diperkuat rider pemula Akbar Ateng.
Arief juga merasa puas mengkader sosok Rifki yang berbakat dan ada potensi. Kelak, obsesi saya untuk meningkatkan kemajuan karapan 201 meter di kota Gresik, dengan formasi yang sepenuhnya memanfaatkan potensi daerah. Sekaligus sebagai media lahan belajar tuner muda lain dari daerah Gresik.
Proyeksinya, untuk merubah mindset remaja agar segera bermanuvr ke olahraga berprestasi yakni karapan 201 meter. “Semoga saja nama Eleanor yang memiliki definisi “bersinar terang”, dapat membiaskan efek positif ke remaja Gresik lain, ”tegas Arif yang menjelaskan kalau istilah ini diambil dari Perancis kuno. Mantap bos !
Urusan korekan mesin, Rifki makin jeli setelah banyak mendapat bekal dari RAT Motorsport. Up grade kapasitas mesin yang didapat dari piston Kawahara 72 mm, sebagai penunjang 200 cc, distribusi speed-nya diolah rata.
Hasil revisi gigi rasio 1(30-15), 2(28-17), 5(22-21) dan 6(20-23). Jadi power tak terkurasi di gasingan bawah. Pemikiran itu gigi 1 dan 2 ringan, sifatnya sebagai penghantar, agar interval-nya lebih rapat dengan gigi 3 dan 4.
Doping tenaga. Dipercayakan karbu PWK Air Strike 38 mm & racikan gigi rasio hitungan Rifki.
Hingga program pengapian dari CDI BRT iMax 24 step, maping ignition tertinggi-nya saya plot di 39 derajat saat 9000 RPM. Konsekuensinya, karbu pakai PWK Air Strike 38 mm, dengan final seting main jet 130 dan pilot 32. “Penekanan-nya butuh debit gas segar lebih pekat mulai gasingan bawah lebih merata, ”beber Rifki yang mengkanibal kampas kopling dari Suzuki RG R-150 dan pegas kopling merk JFK itu.
Klasifikasi karbu ini juga tersentral terkait over size katup 27 mm (in) dan 23 mm (ex). Sampai pedoman porting intake, Rifki juga memasukan rumus 90% dari diameter katup. Data ini juga didapat dari menimba ilmu di RAT Motorsport. HP dan torsi maksimal cenderung produktif dan dipetak di 6000 RPM ke atas, sebagai penunjang resep racikan gigi rasio.
Sedang suplai gas segar diolah camshaft berdurasi 265 derajat, yang dirancang dengan lift in 8,7 mm dan ex 8,5 mm. Untuk realisasinya, profil pegas katup mesti pakai 3,2 mm. Proses mengamankan camshaft jadi terjaga sempurna, bahkan sisi kanan kirinya Rifki mencangkok bearing bambu aftermarket. pid
Spesifikasi
CDI : BRT iMax 24 step
Gigi rasio : 1(30-15), 2(28-17), 5(22-21) & 6(20-23)
Kampas kopling : RG R-150
Pegas kopling : JFK
Karbu : PWK Air Strike 38 mm
Piston : Kawahara 72 mm
Katup : 27 mm (in) dan 23 mm (ex)
Knalpot : Rob-1
Camshaft : durasi 265 derajat lift in 8,7 mm dan ex 8,5 mm