Infonya, latar belakang kembali dibangun-nya tim ini, Ivan ingin segala sesuatu tim yang dikelolanya bisa terkontrol dan dimenej dengan benar. Selain itu, faktor stagnan-nya best time sport 2 tak 155 rangka standard dan tune up asal Jatim, juga menjadi alasan mendasar.
Sebab itu, di tahun ini saya kembali dengan formasi lama, untuk membela nama Jatim, khususnya Surabaya dan fokus mengkader rider pemula, selain rider level kawak. Segala sesuatunya hasil evaluasi dan refresh, perjalanan formasi tim yang dulu sempat dinakodai papa, ”buka Ivan yang juga mantan crosser MX Junior Jatim itu.
Pertimbangan itu, untuk formasi tim kali ini saya pakai Timo Tanjung rider karapan 201 meter didikan Agung “Nyambek” Unyil, yang mulai menitih kariernya 3 tahun di karapan 201 meter. “Selain itu juga ada nama Deby AP, juga rider asal Tanggulangin, dekat Sidoarjo, yang benar-benar memiliki passion kuat di karapan 201 meter, ”tambah Ivan .
Ivan Prastya owner tim. Terus meng-evaluasi dan refresh perjalanan formasi tim yang dulu sempat dinakodai papa.
Munculnya nama Timo, juga kental didasari terjadinya krisis rider kawak di Jatim. Justru peluang ini saya matangkan, untuk mengkader rider pemula tapi memiliki mental seperti rider kawak. Dan konsep ini yang terus kita bangun pada pribadi Timo dan hasilnya Alhamdulillah, Timo mampu fight.
“Faktanya, hasil seting speed perdana, bersamaan di even SDC Drag Bike Openchampionship 2019 pekan silam, Timo sukses menebas best time 7,1 detik di kelas sport 2 tak 155 tune up, ”optimis Agung yang di formasti tim kali ini menjadi tuner dan spesial seting speed.
Memang saat itu, kita tak turun di kelas sport 2 tak 155 cc tune up, tapi kita ingin memastikan saja catatan waktu hasil proyek perdana, sesuai modul sensor yang dipakai di even. “Puji tuhan semoga bisa konsisten di bst time 7,1 detik, ”semangat Ivan.
Duet nama Deby AP dan Timo diklaim sebagai pasangan strategis, keduanya lagi diatas angin. Bukannya memuji atau mengklaim, tapi sesuai fakta di lapangan, masing-masing rider ini besar dan tampil di timing yang pas. Di saat tim-tim yang identik berlaga di sport 2 tak 155 cc standard an tune up mundur teratur, keduanya muncul dengan prestasi yang melejit.
Strategi yang diterapkan Ivan, memang matang dan tak ada lagi istilah coba-coba. Semuanya serba terkonsep dan terukur di spesialisnya. Apalagai laga di karapan 201 meter hanya sebagai hobi dan simpati atas prestasi tim Jatim. Tampilnya tim IP 93 SMS AMS 60 ABRT 20, Jatim, otomatis kembali menjadi pemicu semangat tim Jatim lain, untuk mengejar ketertinggalan.
Sipnya, jiwa besar Koh Gik sebagai pemuka karapan 201 meter di Jatim, yang diturunkan ke Ivan, bisa jadi prestasi karapan 201 meter di Jatim kembali menjadi formasi yang kuat dan idealis akan semangat mengangkat kontent lokal.
“Sebab, ketika mereview eksistensi Koh Gik saat aktif dulu, hampir tak pernah terdengar istilah rival atau lawan, semuanya teman dan terkonsep maju bersama. Layak ketika IP 93 SMS AMS 60 ABRT 20, Jatim, di 2019 ini disebut sebagai tim yang memiliki fungsi sebagai regulator di even prestasi karapan 201 meter, ”puji Agung.
Sport 2 tak 155 cc tune up 7,1 detik : BELAJAR START 3 TAHUN & ATASI LUBANG BUANG EXTREM
Dan pastinya banyak sekali yang penasaran dan bertanya-tanya, dengan sport 2 tak 155 cc tune up yang mampu menembus 7,1 detik itu. Apa sih rahasia dan serum korekan-nya ? Untuk awal, otre berusaha bertanya ke Timo rider-nya, apa saja cara dan kunci kesuksesan untuk mengukir best time 7,1 detik.
Sport 2 tak 155 cc tune up best time 7,1 detik. Kembali menggairahkan karapan 201 meter Jatim & buktikan Jatim bisa cetak waktu fantastis.
Saya berusaha intens mencermati durasi jedah perpindahan lampu start dari putih, kuning dan hijau. Ada interval yang sifatnya spekulasi tapi layak dicoba, untuk menekan Reaction Time. Kata Papa (sebutan Agung), menyatakan silahkan kalau memang perlu dicoba.
Ketika saya padukan dengan tipikal mesin sport 2 tak 155 cc tune up, yang berusaha saya kenali dan beradaptasi, lebih pas ketika pas start saya umpan di 7.000 RPM. Memang bukan hal yang mudah, sebab butuh sesi kontrol tuas kopling dengan kurva smooth selama 3 detik, sebagai kontrol center of gravity agar tak sampai wheelie. “Ketika dikonversi ke jarak berlangsung kisaran 7 meter, jadi taruhan kesuksesan paling telak ada di point ini, ”urai Timo.
Dan untuk mematangkan fase ini saya belajar hingga 3 tahun, juga dengan Ninja, terhitung sejak mengenal karapan 201 meter. Menurut Papa, Ninja layak dijadikan basis pembelajaran, sebab terhitung paling susah dikuasai. “Tapi, kelak ketika sudah paham, untuk membawa kuda besi lain, dipastikan jaminan bisa 100%, ”yakin Timo yang mengutip moto dari Agung Unyil itu.
Lebih lanjut, selepas 7 meter tadi, rider berpostur 41 KG itu mengaku, untuk proses mengoper gigi 1 ke 2, diberlangsungkan lebih cepat. Sedang, bawaan gigi 3 sampai 6 dipacu dengan ritme intonasi RPM yang naik terus. “Cukup menjaga RPM tak sampai turun, dengan durasi hampir tak sampai 1 detik, bawaan setiap giginya, ”kata rider lulusan SMA Dharma Wirawan, Tanggulangin itu.
Mesin sport 2 tak 155 cc tune up. First reduction ringan, gigi rasio berat & lubang buang extreme.
Sisi lain, untuk racikan option part mesin mengusung perbandingan kompresi 15,1 : 1 sampai dengan 15,5 : 1, sistem buret total. Piston aplikasi side B, naik turun di blok silinder gold, milik KRR 150. Untuk desain lubang transfer, tak ada yang istimewa sebab bertahan standar poles tanpa remeran.
Ngerinya, tinggi lubang buang diplot 28,5 mm dari standarnya 34 mm, berikut melebarkan sisi kanan kirinya hingga total menjadi 43 mm. Menurut, Agung saat sesi seting speed, power band makin singkat, power tengah atas lebih dapat, konversi speed juga jalan. Layak, sejak start Timo debriefing untuk mengumpan di 7.000 RPM, untuk meringkas power band makin singkat.
Limit RPM saat start juga sebagai pedoman menyelaraskan kapasitas arus pengapian dari RC-100 berbanding tinggi lubang buang. “Rentang RPM 7.000 RPM, sifatnya masih rasional, penyampaian ke pembakaran sempurna bisa, untuk kebutuhan start juga ideal, ”pengamatan Agung yang juga mempertimbangkan dari pemakaian gigi primer 21 mata.
Knalpot ABRT. Penunjang power di gasingan tengah atas.
Bahkan disebut-sebut, desain tinggi dan lebar lubang buang ini, hanya nyambung saat dipadukan knalpot dengan brand ABRT. Akumulasi power terbagi HP – Torsi, berbading speed, diolah kuat di gasingan tengah atas. “Feel speed-nya beda untuk komparasi knalpot saat ini, ”nilai Agung.
Sebagai pendampingnya, debit gas segar dilayani Keihin PWK 38 mm ber- venturi 40 mm. Jarum skep-nya memakai brand DGL, berkontur gemuk di tengah atas. Rentang 0 – 4.000 RPM, semburan avgas dari nozzle terpancing lebih kuat, diproses saat mesin pada fase tekanan negatif.
Karbu PWK 38 mm. Diracik melayani extreme-nya lubang buang.
Bukan berarti dibuat basah. Sebab pada rentang siklus gasingan bawah ini, membaran V-Force yang diaplikasi tetap disanggah tulang membran orsi berkontur 17 mm. Identik lebih kenyal, sehingga stok gas segar yang didapat dari main jet 162 dan pilot jet 65 dikondisikan lebih stand by.
“Praktis, hasil kalkulasi speed saat memasukan serum gigi rasio dengan perbandingan 1(29-16), 2(28-20), 3(24-standar) dan 4(23-standar), dipastikan kurva speed dihasilkan makin meningkat tajam, ”beber Agung yang mematok final gear 13-37.
Final gear 13-37. Paling ideal meratakan performa gigi 1 sampai 6 di 201 meter.
Sampai sejauh ini, dengan best time yang sempat diukir Timo, saya dan seluruh segenap tim, berusaha mencoba pasang mindset yang tak mudah puas. Sebab, sejatinya kompetisi karapan 201 meter, macam putaran roda kadang diatas dan disamping.
“Semoga, dengan konsep dan semangat baru tim IP 93 SMS AMS 60 ABRT 20, Jatim, kedepan-nya bisa makin solid dan kembali menggairahkan kompetisi karapan 201 meter di Jatim, ”wejang Agung. pid