Termasuk Marcell sapaan pemilik Satria F 150 Fi, yang diparas ala kuda besi road race. Lah kok ? Sabar toh, Marcell punya skenario terpendam. Setang kemudinya tak lagi menganut model jepit, tapi mengikuti trend Honda Sonic 150 yang dipakai laga di road race, dipinjam dari RZ-R dan dipadu raiser Fino.
Ini jelinya Marcell yang berpostur jangkung itu, dengan setang kemudi RZ-R, proses mengatur postur keperluan mendapatkan center of gravity untuk menumpas wheelie, jadi mudah. Alasan itu pula, foot step dipilih dari Ride It. Pijakan kaki kali ini difungsikan sebagai tumpuan, menahan postur tubuh lebih ke depan.
Sebab, Marcell tahu benar output power mesinya saat ini terbilang bengis dan sadis, sampai susah terkejar Scorpio standar pabrik. Cuman, gaya bawaannya memang paling beda, sebab mesti diumpan di 7000 RPM. Gigi 1 dan 2 outputnya liar, terbiasa wheelie.
Tingginya RPM memang simalakama, sebab lebih dimanfaatkan menyiasati keberadaan balancer weight bawaan pabrik, kendati kapasitas mesin saat ini menyentuh angka 177,29 cc.
Azis mekanik RAT Motosport di Jl. By Pass Juanda 17, Sidoarjo yang dirujuk Marcell, menyebut naiknya kapasitas mesin hasil penggantian piston Moto-1 berdiameter 68 mm. Dan stroke masih bertahan standar di 48,8 mm. Hingga perbandingan kompresi, cukup ditakar di 12,7 : 1.
Azis yang tak lagi gagap, punya resep baru saat up grade performa mesin Satria F 150 Fi kali ini. Titik balancing daun as kruk dimainkan, untuk meminimalisir beban driven gear balancer weight. Siklus hentakan daun as kruk saat meluncur ke TMA, yang saya perbaiki.
“Tak extreme, hanya main bor dengan kedalaman 4 mm berdiameter 14 mm di dua titik, ” urai Azis yang kali ini buka kartu. Tapi, untuk posisinya Azis tutup kartu.
Hasilnya memang signifikan, serasa memakai fly wheel yang bobotnya terpangkas, apalagi di bagian ini dibekali bearing as kruk tipe high speed. Diaplikasi untuk mengimbangi program pengapian dari BRT Juken Pro 5 yang dibatasi di 13.400 RPM, dengan flow rate 170 cc/minute.
Dilayani injector GSX R150, memiliki spesifikasi 10 lubang dari standarnya 8 lubang. Ditopang velocity custom, guna menstabilkan tekanan angin saat di gasingan tengah atas.
Tipikal pengabutan lebih homogen, grafik power lebih lembut cenderung naik. Tapi, kabar baik ini tak langsung ditanggapi positif oleh Azis, sebab camshaft yang masih bertahan standar, buka tutupnya dimanipulasi oleh permainan shim. Dari data yang dicatat di buku kasbon Azis, untuk shim in-in memakai 0,15 rata dan shim ex-ex memakai 0,15 dan 0,20.
Perbedaan ukuran shim pada tapet ex-ex, bukaan katup sengaja ada yang dikondisikan terbuka lebih minim. Debit gas buang yang masih produktif, akhirnya banyak tertahan di ruang bakar.
“Sasaranya, pencapaian torsi produktif lebih dulu nongol di gasingan bawah. Sebab, erat terkorelasi untuk melawan balancer weight bawaan Satria F 150 Fi, ”urai Azis yang memakai knalpot RAT limitd edition (Aienbie) dengan leher 31,5 mm dan sarangan 60,3 mm.
Itu yang menjadi alasan bawaan saat start mesti diumpan di 7000 RPM. Sebab, HP produktif saat ini berada di 11.000 RPM dengan pencapaian 30,5 HP. Sedang, torsi maksimal mulai menyembur di 7000 RPM sebesar 22,7 Nm.
“Ketika ditinjau dari komposisi power mesin, untuk penghantar saat start disodok oleh torsi dan estafet rambatan speednya diteruskan oleh HP, ”timpal Swega juragan RAT Motosport yang merasa tertantang dengan pengembangan riset Satria F 150 Fi.
Dari hasil analisa Swega, ada komponen yang awalnya menjadi beban, yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai kontribusi torsi dan HP. Sebab itu pula banyak tuner yang pasrah, enggan memakai basic Sartria F 150 Fi, untuk drag bike, persoalanya hanya kurang rajin riset. pid